Selasa, 14 Desember 2010

"Ayah"

Ayah.., kulihat gurat-gurat wajahmu makin bertambah.”
Uban di kepalamu bertambah seiring hari yang engkau lalui..”
Namun tiada semangatmu henti membara bagaikan api abadi..”

Ayah.., dengan apa kugambarkan dirimu?”
Tiada kata terindah yang mampu menggambarkan perjuanganmu tuk keluarga.”
Peluh dan keringatmu tergambar jelas lewat urat badi yang mengeras..”

Ayah.., engkau pribadi yang penuh kasih dan teladan.”
Meski raga termakan usia dan tenagamu hanya sedikit yang tersisa.”
Namun engkau tak pernah menyerah demi kepulan asap di dapur.”

Ayah.., dengan segala ketulusan engkau korbankan kebahagiaanmu.”
Dengan penuh peluh engkau bekerja dan menukarnya tuk segenggam harapan.
Harapan bahwa pengorbanmu berbuah manis bagi kehidupan kami nanti.”

Ayah.., hatimu begitu tabah dan berwibawa.”
Meski terkadang amarahmu menekan jiwa yang masih muda.”
Namun semua itu kuyakini tuk menempaku jadi dewasa dan bertanggung jawab!”

Ayah.., sebulir air mata tak cukup menggambarkan keharuanku padamu!”
Betapa berjuangnya engkau membentuk kami anak-anakmu tuk jadi lebih baik.”
Meski itu harus memukul kami, dan setiap pukulan itu juga membuat hatimu terpukul!”

---------------------------------------------------- (Hening)

Ayah.., satu kata untuk seribu pengorbanan..”
Satu pribadi yang tak segan berkorban hati dan raga.”
Demi penghidupan keluarga dan masa depan anak-anaknya..”

Sungguh.., tak berbalas cintamu hingga dapat kutunjukkan padamu!”
Aku akan menjadi ayah seperti engkau menjadi ayah bagiku..”
Hingga anak-anakku pun menuliskan kembali tulisan ini tentangku..”

Sebuah tulisan tentang cinta seorang ayah, yang tak pernah terlihat payah..”


Written by: Yoan Nababan/13 November 2009/ Pkl. 23:32 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi komentar dan kritik.

Sebagaimana perkataan menunjukkan watak, oleh itu harap menjaga etika dan menghindari SARA.

Terimakasih

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.