Selasa, 14 Desember 2010

"Nurani"

Seorang ibu muda nan kurus datang kerumah
Matanya yang cekung dan suaranya yang serak berseru kepada ayah
Pak..,beli daun ubinya pak..”
Ujar ibu muda malang tersebut pada ayah
Ayahku tergerak dan menjawab. “ambil saja bu, tidak perlu bayar..”
Tapi pak..” ibu itu berkeras.
Tidak perlu bu.” Jawab ayah tegas.

Beberapa hari kemudian…

Sepasang orangtua renta datang menghampiriku di pinggir jalan
Menyapaku yang sedang meminggirkan motor karena rusak.
Nak, bisa bantu bapak?” ujar bapak itu padaku.
Apa pak?” tanyaku penasaran pada beliau.
Bisa perbaiki motor bapak?” tanyanya yang mungkin tak mengerti keadaan.
Maaf pak, tidak bisa.” Jawabku berat, karena memang aku tak tahu apa-apa..”
Dan beliau pun pergi dengan muka lemas bersama istrinya mendorong motor menyusur jalan.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Merenung..”

Ayah memberi dari apa yang dimilikinya kepada orang yang kurang memiliki.
Dan ibu muda itu memberi untuk apa yang ia ingin miliki, dan tidak berniat mendapat gratis apalagi mengemis!
Sebuah perpaduan kebangsaan yang mulia dan bersahaja.”

Aku tidak bisa memberi karena aku pun tak memiliki..”
Dan kedua orang tua itu tidak memiliki dan meminta kepada orang yang tidak memiliki!"
Sebuah perpaduan yang berakhir tragis…”

Dan akupun menangis..”

Sejak itu..”
Terpendam rasa bersalah namun juga ketakberdayaan.
Seharusnya aku bisa membantu orangtua itu, mendorong motornya dan mencari bengkel terdekat.
Namun aku sendiri mengalami hal yang sama dan tak tahu benar lokasi sekitar”.

Aku bersedih, karena kebatihlan hatiku yang tak berdaya..”
Marah karena tak mampu membantu seperti ayahku bisa membantu..”

Semenjak itu kutanamkan dalam hati!
Seorang nasionalis bukan hanya perlu hati apalagi sayur ubi.., tapi juga keahlian!”
Keahlian yang kelak mampu membantu sesamanya
Dan aku pun mulai mencari keahlian untukku
Sebuah pencarian yang akhirnya membuat aku gemar menulis...”
Meski itu takkan membantu banyak dalam soal permotoran.
Tapi dengan menulis aku membalas dan menyuarakan tragedi sehari-hari
Menulis tentang kaum tersisih dari bangsa ini.

Setidak-tidaknya orang-orang yang pintar dan ahli tergerak untuk mulai perduli...”
Perduli untuk mengajari dan berbagi ilmu gratis.
Sehingga semua orang yang ada di negara ini, mampu saling memberi dari keahlian yang mereka miliki.




Written by:Yoan Nababan/ 10 November 2009/ Pkl. 02.20 WIB.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi komentar dan kritik.

Sebagaimana perkataan menunjukkan watak, oleh itu harap menjaga etika dan menghindari SARA.

Terimakasih

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.