"Doa Si Gadis Kecil"

Tanggal empat belas November, di sebuah rumah tua dekat pinggir desa.
Seorang gadis kecil tinggal sebatang kara merayakan ulang tahun ibunya yang ketiga puluh enam.
Tiada kue hanya sebuah lilin yang menyala di atas sebuah kaleng mentega tua, seakan- akan itulah kuenya.

Dalam pekatnya pagi buta ia berdoa, sengaja terbangun hanya untuk sebuah perayaan yang sederhana.
Di tengah dinginnya udara ia tersedu sedan mengucapkan doanya, sebuah doa yang dipenuhi kenangan dan kerinduan akan ibunya.
Sebuah kerinduan gadis kecil yang baru ditinggal mati ibunya lima hari yang lalu.
Sebuah doa yang memuliakan ibunya di peristirahatannya..”

------------------------------------------------------------- ( Hening)

“Tuhan.., aku percaya ibu kini bahagia bersamamu di sorga.”
“Kiranya Engkau memberikan ibu segala kemuliaan yang tidak didapatnya di dunia.”
“Karena aku sendiri pun tak sempat memuliakan beliau semasa hidupnya.”

“Tuhan.., katakan juga pada ibuku bahwa aku masih ingat hari ulang tahunnya.”
“Di depanku telah menyala sebuah lilin yang kubeli dari sisa upahku tadi siang bekerja.”
“Meski sedikit mahal dan mengurangi jatah makan siangku, tapi aku suka membelinya.”

“Tuhan.., hari ini ibu berulang tahun yang ketiga puluh enam.”
“Kalau bisa ya Tuhan, berikanlah ibu sebuah kue dengan tulisan namanya.”
“Karena meski aku bekerja selama seminggu dari pagi hingga malam, tak akan sanggup untuk membelinya..”

“Tuhan.., ada satu lagi yang ingin kuminta kepadamu.”
“Jika ibu sedang bersamamu malam ini. Tolong sampaikan padanya.”
“Aku sangat mencintainya, dan ingin ia meniup lilin kecilku ini.”

------------------------------------------------------------- (Hening)

“Terimakasih Tuhan.., telah mengizinkan ibu meniup lilinnya."



Written by: Yoan Nababan/ 14 November 2009/ Pkl. 23:32. WIB.