Selasa, 14 Desember 2010

"Laras-Laras Berdarah"

Saat itu di sebuah kota kecil bernama Din Bien Phu, Vietnam utara.”
Pasukan kami mengepung segerombolan Vietkong yang menguasai kota.
Mereka tersudut dari segala penjuru, membuat mereka benar-benar tak berdaya!”.

Para Vietkong yang keras kepala itu tetap tak mau juga menyerah.
Dengan putus asa menurunkan serdadu anak sebagai baris terdepan!”
Aku yang bertugas sebagai parimeter pertahanan bingung harus berbuat apa.”

Tanganku yang sedari tadi memegang senjata mulai membidik kearah mereka.
Namun tiba-tiba hati ini menolak tuk menembak..”
Segerombolan anak-anak yang dipaksa berlarian dengan bom di dadanya!”
-------------------------------------------(Hening)

Tak..tak…tak…, hentakan senjata beriring percikan api di ujung laras
Butir demi butir selongsong peluru berjatuhan.."
Begitupun tubuh mereka yang jatuh bergelimpangan!”
-------------------------------------------(Hening)

Maafkan aku Tuhan.., seruku dalam hati.”
Masih menahan perih dan getir aku melihat sekitar.
Memastikan teman-temanku aman dari serangan.”

Namun kemudian.., mataku langsung tertuju pada satu pemandangan.
Pada sosok-sosok bocah kecil yang yang bergelimpangan.., tewas!”
Hanya dalam hitungan detik yang penuh berondongan senjata.

Ada yang salah dengan perang ini.., benakku mulai bertanya dan berontak!”
Ada apa ini, tanyaku yang terpukul berat melihat mereka yang bergelimpangan..”
Telak.., ujarku merasa kalah dan bersalah.
-------------------------------------------(Hening)

Mereka hanya kanak-kanak, dan kami jauh lebih dewasa!"
Namun mereka tersenyum dalam kematiannya.."
Sedangkan kami melalui hari dengan gundah setelahnya."

Tergantung antara penyesalan dan kebencian, kualui hari dengan beban yang memuncak.
Menyesal mengapa harus mereka yang berperang dan tertembak."
Dan benci atas kepengecutan para komunis yang biadab!”
--------------------------------------------(Hening)

Perang ini hanya kesia-siaan..,tegasku!”
Tiada lagi nilai ksatria yang melekat..”
Hanya dosa dan debu yang direkatkan oleh bercak darah..”

Aku kalah.."
Aku mau pulang.."
Aku menyerah.."
Karena tidak ada lagi yang patut diperjuangkan lagi."
Selain ego antara kedua bangsa yang berbeda faham.."


Written by: Yoan Nababan/ 21 November 2009/ Okl. 21:12. WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi komentar dan kritik.

Sebagaimana perkataan menunjukkan watak, oleh itu harap menjaga etika dan menghindari SARA.

Terimakasih

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.