Rabu, 15 Desember 2010

"Kebenaran Agama?"

Tidak berarti dengan mengamini kita mengimani.
Tetapi dengan mengimanilah kita mengamininya.

===================================

Akhir-akhir ini seringkali saya menjumpai umpatan dan penyerangan terhadap suatu kelompok yang tidak jarang menjurus kepada SARA.
Konflik ini terjadi dimana saja, mulai dari dunia nyata sampai dunia maya.
Semua topic bisa melenceng kepada perpecahan dan penghinaan symbol keagamaan.
Jujur saja setiap kali melihat pemikiran dan komentar dangkal seperti itu, saya menjadi sedih.
Saya sedih karena saya melihat begitu nyatanya kekejaman pemikiran manusia yang membenarkan dirinya, meninggikan diri dan merasa lebih baik.

=======
Hening
=======

Satu pertanyaan sederhana..”
Ketika saya mengatakan bahwa berbuat baik itu perbuatan orang beriman, apakah saya menjadi benar?
Apakah hanya dengan mengamini kebenaran, saya turut mengerjakan kebenaran tersebut?
Itulah yang saya maksud bahwa bukan dengan mengamini kita mengimaninya.
Jika ada orang yang mengetahui apa yang harusnya dikerjakan tetapi tidak melakukannya maka ia termasuk kepada orang yang mengamini tetapi tidak mengimani.
Sebab iman tanpa perbuatan pada dasarnya mati, demikianlah orang yang tahu apa itu kebenaran tetapi tidak mengerjakannya sama saja omong kosong.

Artinya jika anda menganggap bahwa dengan menjalankan hukum suatu agama maka keadaan menjadi lebih baik, tetapi anda sendiri tidak menerapkannya,  itu hanyalah omong kosong diatas muka bumi ini.

=======
Hening
=======

Saudaraku..”
Saya tidak pernah membenci satu kelompok manapun, tetapi saya tahu apa yang salah dalam pemikiran sekelompok orang yang menganggap memiliki kebenaran paling tinggi.
Yaitu kurangnya penghargaan terhadap orang lain.
Bayangkan jika anda menganggap bahwa tidak ada kebenaran diluar kelompok anda.
Bayangkan jika anda harus menumpas habis semua pemikiran bahkan orang yang tidak sejalan dengan anda.
Maka yang anda dapatkan adalah hidup dalam peperangan.

Tahukah anda apa yang anda ciptakan dalam peperangan?
Tidak ada kehidupan, melainkan kematian dan ketakutan.

=======
Hening
=======

Ingatlah bahwa tidak ada satupun yang benar, hanya Tuhan yang MAHABENAR.
Jika anda mengatakan bahwa tuhan anda yang benar, agama anda yang paling sempurna.
Satu pertanyaan yang harus anda jawab..”

Jika saya punya orang tua, maka orang-orang akan menyebutnya orangtua Yoan.
Demikian sebaliknya, saya akan menyebut mereka orangtua saya.
Artinya ada keterikatan yang tidak terbantahkan.

Lalu saya bertanya; jika Tuhan yang menciptakan seluruh manusia di muka bumi ini, apakah anda bisa menyebutNya, Tuhan bagi segolongan orang dan golongan lain tidak?
Atau jika anda belum mengerti, maka akan saya permudah seperti ini..”

Apakah setiap manusia di muka bumi ini diciptakan oleh tuhannya masing-masing?
Jawabnya silahkan anda renungkan baik-baik..”

=======
Hening
=======

Saya rasa kita harus kembali kepada pemahaman kata agama itu sendiri, yaitu a-gam, tidak kacau.
Dengan kata lain agama itu sendiri ditujukan agar hidup manusia tidak menjadi kacau.
Artinya orang yang beragama mengarahkan dirinya kepada suatu keteraturan, berpaling dari suatu keadaan chaos/ kacau.
Hal ini seiring dengan gejala social dimana suatu agama muncul, yaitu hadir ditengah kekacauan.

Menilik dari hal tersebut maka sudah seharusnya pemeluk agama itu menuju keteraturan sesuai dengan agamanya.
Berarti seiring itu juga seharusnya tidak ada alasan untuk kita berharap orang yang berada diluar agama kita untuk menjalankan apa yang menjadi jalan hidup kita bukan?
Jika agama ditujukan untuk menghindari kekacauan, sudah seharusnya kita tidak menimbulkan kekacauan.
Kekacauan yang paling sering terjadi dalam hidup beragama adalah memaksakan cara hidup kita kepada orang lain yang tidak sejalan dengan kita.
Lalu apa nilai manfaatnya jika sesuatu yang tenang kemudian kita kacaukan?
Jika orang menjalani hidup yang tenang dengan jalan hidupnya, lalu kita kacaukan hanya untuk mengejar kuota amal.
Maka saya katakan itu bukan beragama, melainkan berchaos, atau tepatnya berkasus!

Saya rasa tidak ada amal dari seseorang yang mendatangkan kekacauan selain kutukan.
Benar?

--------------------

Akhir kata saya hanya bisa menyampaikan hal yang paling sederhana.

Agamaku adalah agamaku.
Agamamu adalah agamamu.
Negara ini adalah milik kita bersama.
Karena itu hukum kita adalah hukum Negara.
Sebab Negara adalah masyarakat multikultural.
Maka dari itu setiap pihak harus menghargai yang lain.


SEKIAN.

Written by: Yoan Nababan/ 30 November 2010/ Pkl. 02: 04 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi komentar dan kritik.

Sebagaimana perkataan menunjukkan watak, oleh itu harap menjaga etika dan menghindari SARA.

Terimakasih

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.