Kepada: Seseorang yang menawan hatiku,
Di : lubuk hati yang paling dalam.
Salam manis..,
Jika daku tersenyum padamu selama ini, jangan pernah engkau anggap sebagai sebuah senyuman hampa. Karena kamu tak akan pernah tahu artinya, sebelum engkau menghampiriku dan bertanya arti senyumku itu. Dan ketika engkau tahu arti dari senyumku.., janganlah engkau takut dan pergi dariku. Karena sungguh tak pantas sebuah keramahan cinta berbalas amarah yang tak beralasan.
Jika kelak ada waktu bagi kita bersua dan tidak sekedar mampir lalu, hendaklah engkau mengerti betapa daku ingin duduk berdua saja denganmu. Berbicara dari hati kehati tentang apa yang kurasa dan kuharap kamu juga rasakan. Dan bila bibir ini nanti tidak bergerak, tataplah mataku. Karena bibir bisa salah mengucap, namun ungkapan hati terpancar dengan jelas melalui tatapan mata.
Jangan pernah menilai daku dari apa yang tampak oleh penglihatanmu, tapi tataplah daku dengan hatimu. Karena cinta sejati bukan apa yang terlihat oleh mata, namun apa yang dirasakan oleh hati. Dan di hatimulah aku ingin menitipkan cintaku. Sebuah cinta yang berasal dari hati dan terpancar melalui tatapan penuh cinta. Bukannya cinta yang berasal dari mata dan turun kehati. Karena mata bisa memudar ketajamannya seiring usia, sedangkan pancaran cinta yang sejati makin berbinar seiring bertambahnya waktu. Dan daku ingin mencintaimu tidak lebih kecil kadarnya disaat pertama hatiku mencintaimu, namun lebih besar dan makin besar tiap harinya.
Karena cinta berbicara mengenai hati, maka cukuplah hati kita yang tahu tentang apa yang kusampaikan ini. Karena dunia terlalu kecil untuk menampung kisah asmaraku padamu. Dan biarlah hanya satu yang abadi menjadi saksi, Tuhan yang mencipta dua anak manusia untuk saling mencintai dan menjaga satu sama lain. Bila nanti memang engkau balas mencintai, dan kedua belah pihak nanti merestui, alangkah indah cinta tersebut. Karena cinta yang tak berbalas bagaikan roti tanpa selai, hambar rasanya. Dan cinta tanpa restu kedua orang tua bagaikan roti yang tak beragi, tak berkembang dan jauh dari berkat.
Demikianlah surat bertinta hitam dan berisikan kata cinta ini kutuliskan padamu. Kiranya bukan hanya engkau mengerti apa yang kutuliskan padamu, namun daku berharap engkau juga memahami kejujuran hatiku yang jauh dari niat lancang kepada dirimu. Karena cinta itu lembut, dan daku takut engkau terluka atas perkataan yang mungkin tak layak. Demikianlah kejujuran hati dan niatan cintaku kusampaikan padamu. Bukan untuk sebuah permainan dan bukan untuk perasaan sesaat. Terpujilah cinta dengan segala keluguannya.
tertanda: Sang Pecinta.
Written by: Yoan Nababan/05 November 2009/ Pkl: 01.10 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dan kritik.
Sebagaimana perkataan menunjukkan watak, oleh itu harap menjaga etika dan menghindari SARA.
Terimakasih
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.