Selasa, 14 Desember 2010

"Impian Ayah"

Aku hanya gadis miskin pinggiran Jakarta.
Yang memiliki seorang ayah membanggakan.
Ayah yang rela banting tulang semalaman.
Demi menyekolahkan aku, gadis kecilnya.”

Dia bekerja keras agar aku bersekolah.
Mencicip ilmu yang mahal harganya.
Bagi orang miskin yang terpinggirkan.
Sekolah merupakan kemewahan saja!”

Namun ayah berpikir dengan cara berbeda.
Baginya orang pintar itu dihargai orang.
Dan nantinya akan berguna bagi bangsa.
Serta tidak diperlakukan semena-mena.

--------------------------------------(Hening)

Ayah bahkan berpesan setiap kali menghantar.
Gapailah cita-citamu gadis kecilku tersayang.."
Ubah nasib keluarga kita dan jadilah pintar.."
Tunjukkan pada dunia bahwa ayah tidak salah.."

Ayah tidak salah untuk bisa berharap..”
Bahwa putri ayah juga berhak jadi pintar.."
Berhak juga untuk mengenyam pendidikan.."
Dan berhak pula memiliki masa depan cerah..”

Tidak perlu engkau perdulikan biaya.."
Yang pasrti ayah akan membayarnya.."
Meski berkorban badan maupun harta.."
Namun masa depanmu haruslah cerah!"

------------------------------------(Hening)

Saat ini ayah berpesan di depan pintu gerbang sekolah dasar..”
Namun ayah menantimu di depan pintu gerbang kesuksesan..”
Belajarlah nak.., gapailah cita-citamu dan banggakan ayah..”
Tunjukkan pada mereka semua, AYAH TIDAK SALAH BERHARAP!"”

AYAH TIDAK SALAH BERHARAP.."
Pada seorang gadis kecil ayah.."
Gadis kecil yang ayah harapkan.
Menggapai cita-cita ayah, cita-cita kita.."

Masa depan cerah bagimu.."
Senyum bahagia puas ayah.




Written by: Yoan Nababan/ 19 Januari 2010/ Pkl. 23:45 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi komentar dan kritik.

Sebagaimana perkataan menunjukkan watak, oleh itu harap menjaga etika dan menghindari SARA.

Terimakasih

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.